Thursday, November 22, 2012

llinois is a 2005 concept album by American indie folk songwriter Sufjan Stevens (pictured). His fifth studio album, Illinois is Stevens' second based on a U.S. state—part of a planned series of fifty that began with the 2003 album

Thursday, August 30, 2012

Era Kebebasan Berteknologi: Gerakan Indonesia Go Open Source!

Bebas mengekspresikan diri menjadi ranah yang kian berwarna dalam perkembangan teknologi. Kehadiran berbagai sistem operasi open source berikut dengan aplikasinya memberikan fondasi yang solid dalam perkembangan selanjutnya. Dengan dukungan penuh dari berbagai pengembang hingga produsen perangkat teknologi, gerbang kebebasan memvisualisasikan selera serta kebutuhan kian terbuka lebar. Belum lagi menjamurnya berbagai situs yang mendorong kebebasan berekspresi. Semuanya mendorong pengguna teknologi ramai-ramai merasakan nikmatnya era kebebasan berteknologi, sebuah era dengan kepraktisan, transparansi yang makin mengeras bak intan. Kemilaunya pun mulai membawa babak baru.

Namun untuk langsung migrasi ke dunia open source masih memiliki kendala tersendiri setidaknya bagi beberapa kalangan. Apa saja kendala yang ada dan bagaimana mengatasinya? Dalam artikel ini kita akan membahasnya secara ringan. Sebelum melangkah lebih jauh, mari mundur sejenak.

Dulu sistem operasi dan aplikasi masih dimonopoli oleh beberapa perusahaan pengandal kekuatan hukum hak cipta (copyright) yang menistakan pembajakan (piracy). Penggunaannya pun masih terbatas bagi para pemegang lisensi resmi dengan iming-iming layanan purna jual (after purchase add-ons), fungsi penuh dari aplikasi (full-service), bantuan para ahli (online-help) hingga konten menarik yang menyertainya.  Namun untuk mendapatkan lisensi resmi dengan harga yang terbilang mahal—apalagi bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat pendapatan di bawah taraf negara pembuatnya—menjadikan pelanggaran hak cipta tumbuh subur. Mereka yang didapati melanggar, bisa diganjar denda maupun hukuman penjara. 

Menarik sifat tertutup tersebut mengundang berbagai pihak, sebut saja hacker dan cracker untuk menembus sistem proteksi lisensi lalu melumpuhkannya. Perang antar pembuat software dan dunia underground pun tak terelakkan. Motivasinya? Kebebasan, ya, kebebasan menggunakan tanpa dibebani biaya yang mahal. Hasilnya? Jutaan pencari celah (cracker), generator nomor seri (keygen),  penambal lisensi (patch), nomor lisensi bajakan (pirated serial number) dan sebagainya berkeliaran bebas di dunia maya untuk mengeksploitasi celah keamanan yang berhasil ditembus. Akibatnya? Pembajakan semakin subur dan sulit diberantas. Ibarat benalu, perusahaan pun mengalami kerugian akibat pembajakan tersebut. Untungnya? Masyakarat dapat menggunakan aplikasi tanpa harus membayar pihak (baca: perusahaan pembuat aplikasi) dengan kata lain: gratis! Enak memang.

Ironisnya, pembajakan seperti ini melahirkan efek buruk: semakin banyak celah keamanan dieksploitasi demi mendapatkan akses lisensi penuh yang berakibat pada semakin mudahnya komputer kita dibajak atau pun kerahasiaan data kita terancam. Selain itu, apresiasi pada pembuat program pun menjadi sirna disingkirkan oleh hacker maupun cracker.

Bagi beberapa kalangan yang merasa pembajakan menjadi masalah—katakanlah hati nurani mereka—memicu tumbuhnya komunitas yang mengusung filosofi open-source dan tumbuh subur. Filosofi pragmatis, elegan, serta menghormati pembuat program dan hak cipta. Perlahan namun pasti dunia open-souce mulai menunjukkan taringnya.

Beberapa proyek monumental dari dunia open souce pun mulai menunjukkan taringnya. Hal tersebut pun mengundang berbagai pihak untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia open source sehingga memungkinkan migrasi total ke dunia open source menjadi mungkin. 

Taring dalam Sistem Operasi

Bertahun-tahun sistem operasi didominasi oleh kehadiran Microsoft Windows dan Macintosh asuhan Apple. Keduanya sama tertutupnya. Biaya untuk membeli produk asli (genuine) pun membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jutaan sistem operasi bajakan pun beredar dan digunakan baik oleh kalangan korporat hingga pengguna kelas akhir (end user). Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara lain pun ambil bagian.

Menanggapi hal tersebut, dunia open souce lalu membuat gebrakan dengan menyajikan sistem operasi berbasi UNIX: Linux—yang kemudian dikembangkan bersama hingga menghasilkan berbagai distro Linux seperti Debian, Ubuntu, Fedora, dan Gentoo. Pengguna maupun pengembang bebas menggunakan hingga mengubah kode program tanpa dikenakan biaya.

Dunia open-souce pun merambah memasuki kawasan mobile menggantikan Symbian maupun Windows Mobile. Sebut saja Android. Kehadirannya mengalihkan perhatian dunia sampai-sampai beberapa raksasa produsen perangkat telekomunikasi mengalami kerugian yang signifikan akibat hadirnya Android. Kode programnya pun dapat diunduh untuk dipelajari maupun dimodifikasi.

Taring dalam Berselancar

Internet Explorer sempat merajai peringkat nomor satu peramban (browser) yang paling banyak digunakan oleh warga dunia. Umurnya pun tak bisa dibilang pendek. Sayangnya peramban yang disertakan sebagai bagian dari sistem operasi Windows dan sumber kodenya tidak dipublikasikan kepada masyarakat luas sehingga peramban ini mengalami ketertinggalan dengan peramban lain yang mengusung filosofi open source seperti Mozilla Firefox maupun Google Chrome.

Pengguna dapat mengunduh kode sumber Mozilla Firefox maupun Google Chrome lalu memberikan sumbangsih dengan memperbaiki kesalahan maupun kustomisasi sesuai selera hingga didapati peramban yang mampu mengalahkan kinerja Internet Explorer. Hasilnya Internet Explorer pun ditinggalkan pemakainya digantikan oleh Mozilla Firefox dan Google Chrome.

Taring-Taring Lainnya

Dominasi dunia aplikasi license-based maupun closed-source perlahan-lahan pudar digantikan oleh dunia open-source. Berikut beberapa padanannya: Adobe Illustrator—Inkscape. Adobe Photoshop—Gimp, 3D's Max—Blender, Visual Basic—Gambas, Microsoft Office—LibreOffice dan OpenOffice, Microsoft Outlook—Evolution, Windows Media Player—VLC Media Player, Norton Antivirus—Clam AntiVirus, dan masih banyak lagi. 

Profit Open Source

Awal beradaptasi ke dunia open source memanglah tidak mudah. Berbagai kendala bisa merintangi. Mulai dari antar-muka (interface) serta pemakaian yang baru hingga masalah ketidaknyamanan. Belum lagi dengan mudah mendapatkan aplikasi bajakan menjadi tameng yang sulit dilumpuhkan.

Namun jika menilik lebih jauh, open source menawarkan banyak profit baik bagi pembuat maupun pengguna. Mari kita cermati penjelasan berikut ini:
1. Pembajakan Aplikasi Terhenti
Jika aplikasi dapat digunakan secara gratis, buat apa lagi pembajakan? Rasa malu menggunakan aplikasi bajakan pun sirna.

2. Karya Cipta Dihargai Sepatutnya
Membajak merupakan kejahatan terhadap karya ciptaan pembuatnya. Misal waktu, upaya, dana, tenaga, keahlian, serta kerja keras yang dilakukan pembuatnya disia-siakan begitu mudahnya dengan membajak. Dengan open source yang mengizinkan pengguna menggunakan secara gratis, maka karya cipta pun telah dihargai sepatutnya.

3. Jalinan Kerjasama dan Penyatuan Dunia
Dunia open source memungkinkan pengguna maupun pencipta aplikasi dapat terhubung serta sama-sama menyempurnakan aplikasi yang sedang dikembangkan di belahan dunia. Benteng bahasa ibu yang berbeda dan jarak pun dirobohkan dengan adanya upaya ini sehingga memungkinkan persatuan semakin terwujud.


4. Penghematan Besar-Besaran
Tanpa mengeluarkan biaya demi menggunakan aplikasi berarti penghematan besar-besaran. Selain itu jika memungkinkan, bisa saja sebagian dari biaya tersebut didonasikan kepada pihak pencipta dan pengembang agar mereka dapat menyempurnakan lebih jauh.

5. Penyetaraan Derajat
Jika dulu aplikasi resmi dengan performa total hanya mungkin dimiliki mereka yang berkantong tebal,  dengan adanya open source perbedaan tersebut sirna. Siapa saja boleh menggunakannya tanpa memandang materi yang dimiliki.

6. Keterbukaan
Sesuai konsep open source, keterbukaan membawa pengaruh positif. Tidak ada kelemahan yang ditutupi dari aplikasi maupun logika menyelesaikan masalah sehingga dapat dipelajari lebih mendalam. Hasilnya, aplikasi tersebut pun semakin mendekati sempurna untuk menyelesaikan problem yang timbul.

Langkah Awal

Migrasi ke dunia open source memang membutuhkan kesabaran untuk beradaptasi sebab lingkungan yang baru tersebut bisa membuat bingung jika kurang mendapatkan informasi. Namun, tidaklah mustahil jika migrasi dilakukan secara mencicil. Ada beberapa langkah kecil yang dapat diambil.

Migrasi Browser
Jika belum menggunakan browser open source, kunjungilah situs mereka, unduh lalu pasangkan ke komputer seperti Mozilla Firefox maupun Google Chrome.

Migrasi Pemutar Musik dan Video
Masih bingung mencari pengganti pemutar musik dan video yang mampu memainkan hampir semua format? Kini dunia open source menawarkan VLC Media Player sebagai jawabannya. Esensinya tetap media player.

Migrasi AntiVirus
Jika diratakan, hampir semua aplikasi antivirus berbayar sehingga update definisi virus dapat dilakukan. Menjawab hal tersebut, dunia open souce meluncurkan ClamAV yang bersifat free dan open source dengan dukungan update definisi virus tanpa biaya.

Migrasi Perangkat Kantor (Office)
Mengetik, menyusun slide presentasi, melakukan tabulasi dan kalkulasi, belum lagi basis data. Tanpa office, hal tersebut semakin sulit. Dunia open source pun menggeliat dan menghasilkan LibreOffice dan OpenOffice untuk meladeni kebutuhan ini.

Migrasi Sistem Operasi
Akhirnya sistem operasi pun menjadi bagian yang ditunggu-tunggu. Dukungan Ubuntu dapat dijadikan contoh bahwa open source tidaklah semiskin sistem operasi berbayar. Terkadang kemananan dan stabilitas yang dimiliki mengalahkan sistem operasi berbayar.

Langkah-langkah di atas membuktikan bahwa migrasi ke dunia open source dapat dilakukan. Maka tunggu apa lagi? Jika membutuhkan informasi maupun pengalaman menarik mengenai dunia open source silakan kunjungi acara Indonesia Linux Conference 2012 yang tahun ini diadakan di Malang. Selama seminggu, para pakar di bidangnya akan membagikan pengalaman yang dapat menjawab keraguan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan go open source.



Wednesday, June 8, 2011

Rio (sebuah cerpen) - untuk Mego Darma Pario

Senja masih membayang ketika kulangkahkan kakiku menuju bandara. Dengan lunglai, aku memaksa diriku untuk melupakan hari-hari yang biasa kulewati bersama sahabat karibku, menjejali perasaanku dengan segala alasan yang kubuat-buat. Ini demi kebaikanmu, demi pendidikanmu, prestasimu, karirmu. Umurmu masih panjang, banyak kesempatan yang bisa kauraih. Bukan di Jakarta. Bukan juga di Tangerang. Masih ada Medan yang mau menerimamu kembali, menerima buah hatinya. Di Medan, kamu akan dekat dengan orangtuamu. Dekat dengan keluarga.

Aku merasa sakit untuk membohongi diriku sendiri, sakit untuk berpisah dengan Tangerang yang sudah akrab denganku. Perpisahan ini, akankah bertahan untuk selamanya? Semua gundahku, resahku, serta kenangan memenuhi kepalaku.

Makin senja membiaskan rona matahari, aku semakin tak tentu. Kebimbangan hatiku menahan langkahku. Tetapi, di pintu check-in jeritan nenekku sudah memanggil. Akhirnya dengan segala kecewaku, aku membutakan perasaanku. Aku pulang ke Medan. Aku pulang.

Ketika pesawat lepas landas, aku menangis sendirian. Tanpa air mata, tanpa suara. Kukeluarkan semua bebanku. Di sebelahku, nenek hanya bisa menatapku keheranan. Ia tidak pernah mengerti bagaimana aku ingin selalu bersama dengan sahabatku. Ia hanya tahu bahwa aku harus sekolah, sekolah, dan sekolah. Tidak ada yang lain. Aku sendiri memang ingin meneruskan sekolahku sampai menjadi dokter. Tapi bukan dengan paksaan nenek. Aku ingin mandiri. Dengan perasaan tertekanku, aku akhirnya tertidur. Aku bermimpi keberangkatanku dibatalkan.

Menulis Menjalin Persatuan — Sebuah Resensi The Freedom Writers


Perjuangan menciptakan perdamaian dunia tidaklah mesti sehebat dan sedashyat yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi, Ralph J. Bunche, Agnes Gonxha Bojaxhiu, dan rekan lainnya. Hal itulah yang dibuktikan oleh Erin Gruwell yang diabadikan dalam buku sekaligus film The Freedom Writers (Diary). Gruwell mengisahkan dengan indah ketika ia mengajar di Woodrow Wilson Classical High School di Long Beach, California.

Sisi Tak Terlihat - Resensi The Blind Side



Setiap orang memiliki bakat dan kepandaian tersendiri. Itu pun masih bergantung apakah seseorang menyadarinya dan mau mengasah bakat yang ada. Demikianlah Michael Oher yang terkenal sebagai remaja introvert, berintelegensi rendah, dan tunawisma. Ia tinggal terpisah dengan ibunya yang kecanduan narkoba di daerah Memphis, Tennessee. Sejak kecil ia dipisahkan oleh pemerintah agar kehidupan Michael tidak terlantar. Apa daya, ia selalu melarikan diri ketika ditempatkan di rumah baru. Ayahnya telah lama meninggalkan ia dan ibunya.