Monday, May 26, 2008

Ida (sebuah cerpen)

Saat senja membiaskan paras ayunya, aku mulai terpekur menantang tiang awan. Di mega-mega dapat kulihat burung-burung melesat dengan cepat. Siluet yang tercipta dari tubuh mungil mereka lama kelamaan pudar dan menghilang.

Ah! Betapa enaknya menjadi burung di langit. Betapa bebasnya! Ke mana pun aku ingin pergi, pasti aku bisa. Seandainya aku jadi burung, pastilah seluruh bumi telah kujelajahi. Namun, manusia tetaplah jauh lebih unggul dari burung mana pun. Di lain pihak aku harus sadar bahwa manusia juga makhluk yang sama tidak berdayanya dengan burung mana pun ketika dihadapkan dengan dunia nyata.

Bram (sebuah cerpen)

Hujan kembali mengguyur kotaku. Kali ini dengan gemuruh di sana sini. Langit yang tadi cerah sekarang telah mencurahkan kesedihannya. Angin seperti mengerti sehingga derai air hujan semakin keras menampar jalanan.

Sejak tadi ibu mencemaskan adikku yang tak kunjung pulang. Semakin deras hujan, ibu semakin kalut.


“Sudahlah Bu! Bram itu sudah besar. Dia pasti baik-baik saja,” bujukku agar ibu tidak lagi mencemaskan Bram.


“Tapi Pras, kali ini perasaan ibu waswas sekali. Ibu takut Bram kenapa-kenapa di jalan. Lagian Bram selalu duluan tiba di rumah daripada kamu.”

Kelas Teladan (sebuah cerpen)

untuk J. B. H. Malau

Namanya Janus. Orang-orang lebih suka memanggilnya Malau. Begitu juga dengan murid-murid yang diajarnya. Sudah bertahun-tahun ia menjadi tenaga pengajar. Juga sudah berapa angkatan yang ia ajar. Janus sendiri tak pernah menghitungnya. Ia hanya bisa memendam tiap tahun yang ia lewati dalam hatinya.

Janus, seorang guru Matematika lulusan teknik sipil yang mengadu nasib menjadi guru. Namun, tak ada yang mengira bahwa ada jiwa guru dalam dirinya. Bahkan rekan-rekannya menjadikannya sebagai contoh untuk ditiru. Banyak murid yang senang dengan cara mengajarnya: bagaimana ia menerangkan tanpa menceritakan dongeng pengantar tidur.

Tahun ini, ia kembali mendapat kepercayaan menjadi wali kelas. Memang sudah tradisi baginya. Ia sangat yakin, tahun ini ia akan menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik—sama baiknya seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan ia berjanji akan memantapkan kelas arahannya menjadi kelas teladan. Hal ini telah ia bisikkan pada istrinya di rumah.