Thursday, December 30, 2010

Banjir Melanda Malam

Merajam dalam tepi-tepi hujan, berharap agar
jejak-jejak mimpi mengembara di pucuk-pucuk daun
Tepi-tepi yang bergelombang, meruntuh bersama lirik-lirik
batu. Di antara desahan bayangan sepi

Meraba-raba senyap, di tikungan ia berkelok
di tikungan lumpur dan harapan menggerus
rumbia-rumbia yang lapuk. Mengantarkan
tangisan dari pegunungan

Di sana lembu yang merunduk, mulai gemetar
mendengar pikuk hujan tak tentu, menanti-nanti
tuaian musim hujan
Di sini, jejaka melabuh di surau-surau dan tersapu
merintihkan doa-doa

Ketika banjir melanda malam, sepi tertindas
menantang asap. Regas dalam buaian
mimpi terpelanting dan basah berair mata

Di tepi, teriakan ronda-ronda membangunkan
di tengah malam. Menjawab genta-genta,
berduyun-duyun malaikat mampir
meratapi sungai baru

Banjir melanda malam, menabur semi
di guguran rasa. Merayapkan bilur-bilur
kenangan. Datang, pergi.
Mengulang kini, nanti, esok.
 
Medan, 7 Juli 2007, Sabtu
Erianto Ongko

No comments:

Post a Comment